Menggunakan Bahasa Indonesia yang
Baik dan Benar
Meskipun kita menggunakan Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia; kita masih mnggunakan aksen indivudakis juga. Selain aksen yang individualis, maka perbendaharaan kata yang kita guankan pun induvudualis, atinya: terbentuk sesuai dengan suasana lingkungan dimana kita berada sehari-hari. Lepas dari hal-hal yang disebut “kedaerah-daerahan”. Akan tetapi, sifat wajar yang terventuk ini, tidak baik bagi mutu kemampuan bebicarakta. Misalnya ada orang yang berbicara kasar dan tidak karuan bahsa dan soapn santunnya; maka biasanya orang itu mendapat jululukan "urakan” atau lebih jelek lagi “seperti kuli kapal”.
Pada kenyataanya, orang memgan akan menilai Anda dari tutur-kaa yang Anda ucapkan, dari cara Anda mengucpakan kara-kata tersevbut, dan dari tat bahsa yang Anda pergunakan.
Tujuan bab ini adalah untuk membantu Anda dalam mmengingkatkan gaya bericara sehingga pola berbicar Anda benar-benar mampu berfungsi sebagai kunci pembuka pintu gerbang kesukesan; dan bkuanya malah menjadi palang perintang bagi Anda utnuk meraih kebahagiaan dan kesukesan.
A. YANG HARUS DIPERTAHANKAN
Begitu Anda meuli menjejakakn kaku di pentas sebagai pembicara yang lebih baaik dari sebelumnya, Anda pasri menoleh kana kiri, mencari segala kemungkanan untuk dapat menjadi lebih baik lagi. Anda ingin menerjang semua rintangan yang berjajar menutupi jalan “menuju” pendengar Anda.
Kebanyakan orang mengalami rintangna berupa kurangnya kema;puan dalam pengucapan yang benar, penggunaan yang tepat, erta tata bahasa yang teratur, serta tata bahsa yang teratur. Bahasa yang Anda kuasai secara wajar dan susunan kata yang biasa Anda gunakan dengan teman-teman Anda, mungkin buknlah yang terbaik untuk “mengusai” perhatian pendengar dari berbagai kalangan. Orang-orang terpeljar meungkin akan menganggap Anda “bodoh”; dan orang-orang kaya yang suka “sok”, adan menganggap Anda dari kalangan “rendahan”. Bahasa polpuler yang sering digunanakn oleh para “kawula muda”, tidak akan dimengerti oleh para orang tua. Kalau ingin dihormati oleh kakum tua, Anda haruslah berbicara dalam bahasa mereka. Sebab kalau tidak, mereka akan mengangap Anda “belum cukup dewasa”.
Belajar untuk dapat berbicara lebih baik, sama saja dengan belajar untuk dapat main tenis lebih baik. Memang sulit kalau belajar dengan orang yang setingkar kemampuannya dengan kita; masing-masing tidak akan tahu kelemahan maupun kelebihnnya. Jadi, teman belajar Anda, haruslah orang dengan kemampuan berbicara yang lebih baik dari Anda.
Oleh karena itu, berbicaralah dengan orang yang kemampuan berbicaranya lebih baik dari Anda, kapan pun Anda mempunyai peluang untuk melakukannya. Dengarkanlah pembicaraan merak dengan seksama untuk mempelajari pola berbicaranya. Seandainya Anda keanl baik denang merak, maka covalah untuk meminta mereka mengoreksi kara-kata Adna bila ada yang salah.
Selain itu, ada pula cara lain yangcukup efektif. Iktilah “Siaran Berta Nasiolnal” dan “Siaran Dunia Dalam Berita” yang diadanak oleh televise. Atau bacalah surat kabar yang cukup berkompeten. Karan Bahasa Indonesia madih dalam proses tumbuh kembang. Selain Anda harus memperhatikan “Ejaan Yang Disempurnakan”, Anda juga harus mengikuti muncuknya istilah-istilah baru dalam kancah dunia, baik yang regional, nasional maupun internasional; sepeti katap”stars Wars” yahng dialaih bahasakan menjadi “Kartika Yuda” (Perang Bintang), atau Negara :Super Power” yang menjadi Negara: Adi Kuada”, atau bahkan kata”Pembanru Rumah Tangga”yang menjadi “Pramuwisma:, lalu “Guide” menjadi Pramuwista”.
Khusus untuk kata-kata yang belum ada istlah bakunya, atau kalu pun telah ada belum tersebar penggunaanya, untuk mencegah salah tafsir, sebiknya Anda teangkan juga istilah dalam bahasa asing. Contohnya: sumber daya alam yang tidak dapat pulih kembali= non renewable = resources; kendaran putar = gondola; vocal group = kelompok vocal; beli pabrik dan tingal menerma kunci saha= turn key projet.
B. BAGAIMANA MEMILIH KATA-KATA YANG TEPAT
Ketika Anda sedang berbicara, Anda”lari” ke kamus untuk memahami ucapan Anda. Kalu kata-kata Anda ingin dipahami oleh pendengar, maka istlah-istilah yang Anda pakai janganlah istilah “buatan sendiri”. Pakailah kata-kata yang tedapat pada kamus istilah popular, maksudnya pakailah kata-kata yang bisa dimenerti juga oleh kaum awam. Atau kalimat dengan istlah kata-kata baru yang tela tersebar penggnunaanya.
Jangan menggunakan kata-kata yang kurang popular. Dalam kultur Jawa, seandainya sang”MC” alias protocol memimpin upacara perkaminan tradisional dengan bahasa Wayang Purwa, itu bisa kita maklumi. Meskipun bahasa itu pada zaman kini hanya diketahui oleh para dlang dan sejumlah kecil orang awam saja, karena tujuan sang protocol adalah membuat suasana perkawinana menjadi sangat megah dan berwibwa dengan tingkat bahanya yang”telalu tingi” dalam masyarakat jJawa, untuk melestariakan budaya bangsa, dan sekaligus mencakup tugas yang diembannya dari penyelenggaraanya (yang peunya hajat) untuk mengangkat pangkat, derajat dan wibawa orang tua keda mempelai. Lain halnya dengan tugs eorang pembicara, karan tugas yang dembannya adalah untu kmembuat pendengarnya mengerti dan tertarik pada masalah yang sedang dibahas. Oleh sebab itulah, bahasa seorang pemicara harus komikatif. Karan kat-kata da nistlah yang kurang umum hanya ak membuat pendegnarnya meras”dibodokan”, sehingga merak teringging dan berbalik menganggap pembicara sebagia orang yang suka “sok tahu sendiri”. Kalau pun Anda terpaksa sekali menggunakan istlah yang belum tersebar penggunaanya atau tidak popular bagi masyarakt awam, maka jangnalha menggunakannya secar berlebih-lebihan, arinya:jangan dalam kuantitas ynsanta besar. Anda seda nberbicara dengan pendengar, dan bukannya “kamus berjalan”. Atau “kamus hidup”.
Kesimpulannya jelas sudah, ucapkan sja maksud Anda dengan kata-kata yang mudah dipahami oleh kedua belah pihak; yakni oleh pihak Anda selaku pembicara, dan oleh mereka selaku pihak Anda selku pembicar, dan oleh pihak Anda selaku pihak pendengar. Untuk kat-kata yng mulai tersebar penggunaanya, sepeti canggih (dari kata sophisticated), bola geinidng(bowling), lahan, dampak, atau kata lain yang sebelumnya “tidak ada” dalam percaturan bahasa sehri-hari; Anda dianjurkan untuk tidak gegabah dalam pemakainnya. Mendengar saja tidaklah cukup. Anda harus mempelajarinya dari kamus, sering membacanya di media-media surat kabar dan majalah, guna mengetahui apakah kata tersebut termasuk kata benda, atau katsifat; seta memahami arti luasnya dengan melihat konteksnya dalam macam-macam kalimat.
Ini bukan berartibahwa Anda haru membatasi jenis kosakat yang Anda pakai. Tetapi alangakah baiknya, bila Anda benar-benar mengenal da nmengusai makna serta penggunaanya secara luas. Tidak ada hal yang lebih memalukan, kecuali menggunakan kata dalam situasi dan konteks yang salah.
Jadilah pembicara yangsederhana atau to the point. Kita hidup dalam suat uera di mana kamus “special” mulai beranjak dari tempatnya berpijak, untuk “bersahabat karib” dengan kamus “umum” yang popular. Penggunaan kata yang telalu panjang dan berbelit-belit, tidak lagi mempunai fans(penggemar) setia. Kata-kat klise yang dulunya sangat domain, kini hanya dapatkita jumpai dalam buku-buku sastra lama.
Apa pun masalahnya, buanglah kata-kata klise dari kamus Anda. Gantilah dengan kata-kata dalam bahsa yang lebih “hidup” dan tepat guna.
C. PENGULANGAN KATA YANG MEMBOSANKAN
kita sering mendengar kata-kata yang sama dan itu-itu juga, secara berulang kali. Kita sendiri pula yang menggunakannya. Pikiran macet. Pembicaraan kita berubah sangat membosankan. Setiap kali kitajadi penuh, mulut seras sulit dibuka. Sepertinya kita hanya mengenal kata-kata yang itu-itu saja, sulit mendapaktan kata-kata lain.
Bengaunlah, sapulah semua kata yang sudah afkir dengan sebersih-bersihnya. Pelajarilah kembali bab III B di atas, secara tuntas, jawabanya ada di sana, Anda pasti tertolong.
D. MENGENAL MANFAAT TAT BAHASA
Banyak orang yang mengangap bahwa tata bahsa tidaklah penting. “Untuk apa? MEsipun say tidak pernah memperlajari tata bahasa; nyatanya orang yang sayaajak bicar, selalu pahm akam ucapan saya.”
Keluhan lain yang hamper seupa juga seing terdengar; “Bila saya selau berpegang pada peinsip tat bahsa, setiap kali saya berbicara. Maka akan sulit bagi saya untuk mengungkapkan perassn dan maksud saya sebenarnya”.
Seiring dengan menanjaknya karier Andadalam dunia bisnis, atu dunia profesi; Anda akan dituntut untuk memikul tanggung jawab yang lebih besar. Orang-orang akan mengangap Anda sebagai figure yang bisa dijadikan teladan. Anda pasti ingin agar orang lain dapat segera tanggap akan ucapan Anda, ide-ide Anda. Tata bahasa adalah suatu system yang akan sangat membantu Anda, menyampaikaninformasi secara teratur, sehingga ucapan Anda mampu bergunsi sebagai sumber penerangan, bkan sebaliknya.
E. KATA-KATA YANG “TELARANG”
Yang dimaksud kata-kata terlarang di sini adalah kata-kata yang tidak semestinya digunakan. Kalau bisa, jangan digunakan, kapan saja dan di mana saja; karan sulit sekali bagi kita untuk menyembunyikansuatu kebiasaan. Sekali kita mengucapkannay, pasti kita cenderung untuk mengucapkannya lagi. Kalu sudah begitu, kita akan “terbiasa” mengucpakannya, tidak peduli kapan dan di mana pun kata berada.
1. Kata-kata Tambahan
Kata-kata seperti: “Menurut ingatan saya…; “kalau tidak salah..”, dan sejenisnya, sebaiknya tidak udah Anda gunakan; karan hanya merupakan bentuk lain dair kata-kata seperti : em…. , anu…., ah… yang pernah kita bahas dalam bab IA.5. Buangalah kebiasaan tadi, gantilah dengan sikap berdiam diri sejenak, sampai Anda menemukan kaa-kata selanjutnya. Karan kebiasan tadi hanyalah merupakan peceminan dari kelemahan dan kekurngan kita.
2. Kata-kata Populer
Kita seing mendengar kata-kata “popular” ini dari siaran radio dan televise, dalam acara-acara tidak resmi. Contohnya:”Dirangakai secara apik oleh para kula muda yang getol emggeluti bidang…”, dan banyhak lagi. Seorang pembicara yang bijaksana, akan melihat situasi dan siapa-siapayang menjadi pendengarnya. Pengalam mengatakan, bahwa pengguanan bahasa fomeal yangdijalin setsi dengan bahsa percakap sehari-hari, akan lebih “aman” dan lebih sukses.
3. Kata-kata yang Tidak Senonoh
Baik dalam situasi informal ataupunformal, jangan pernah menggunakan kata-kata makian. Secar tidak langasin, Anda telah mencari ”musuh”, bukan pendengar. Karier Anda bisa runtuh. Nyatanya, kebiasaan ini hnyamengundang kesulitan; lebih banyak rugi dari pada untung.
0 comments:
Posting Komentar
Terima kasih telah mengunjungi Blog ini. Kritik dan saran sangat dibutuhkan bagi Saya untuk memperbaikinya.